Jika Anda tertarik dengan beberapa produk kami, jangan ragu untuk mengunjungi website kami atau menghubungi kami untuk informasi lebih lanjut.
Sejarah Kimono Sifon
Itu Kimono sifon adalah pakaian ringan dan lapang yang dapat dipakai dalam berbagai kesempatan. Ini sangat ideal untuk gaun kimono kasual yang sempurna untuk berjalan-jalan keliling kota atau untuk acara yang lebih formal seperti pernikahan atau upacara minum teh.
Kimono secara tradisional terbuat dari sutra, tetapi saat ini lebih umum terlihat dari bahan wol atau katun. Lapisan kimono biasanya juga terbuat dari sutra dan mungkin serasi dengan warna bahan luarnya, atau dengan pola pelengkap.
Selain mengekspresikan status sosial, identitas pribadi, dan kepekaan budaya melalui penggunaan warna dan corak, desain kimono seringkali memiliki makna yang lebih dalam. Misalnya, burung bangau, yang melambangkan umur panjang, sering digunakan dalam desain untuk melambangkan umur panjang dan kebahagiaan.
Motif biasanya dikaitkan dengan musim atau peristiwa tertentu, dan warna kimono berubah setiap musim. Misalnya, motif bunga, binatang, dan pemandangan alam merupakan motif yang populer, dan ada pula yang dimaksudkan untuk membawa keberuntungan atau kemakmuran. Lainnya, seperti kombinasi pinus, plum, dan bambu – yang disebut Tiga Sahabat Musim Dingin – merupakan simbol keberuntungan untuk musim dingin.
Meskipun banyak kimono memiliki motif musiman, ada juga yang dikenakan sepanjang tahun. Ini dikenal sebagai yukata, dan biasanya memiliki pola yang lebih sederhana dibandingkan dengan kimono yang ditujukan untuk pakaian formal. Yukata dikenakan oleh wanita yang sudah menikah dan belum menikah, dan dapat dikenakan di musim panas atau saat kegiatan santai.
Era Meiji menyaksikan diperkenalkannya gaya dan pola Barat ke dalam fesyen Jepang, setelah dibukanya pelabuhan-pelabuhan di Jepang. Popularitas kimono menurun di era ini, dengan versi pakaian yang kurang formal lebih disukai. Namun sejumlah jenis kimono baru bermunculan dan kainnya mulai ditenun dengan pola ikat dua sisi.
Kimono secara tradisional diikat dengan obi. Obi dipakai untuk menyatukan kimono, menyembunyikan kelebihan kain dan (untuk wanita) membantu menjaga pinggang tetap kecil dan postur tubuh lurus. Obi pria lebih sederhana dan tidak terlalu ketat serta memiliki model yang lebih sedikit.
Pada era Taisho, kimono berkembang lebih jauh dengan gaya yang memadukan unsur tradisional dan modern. Garis-garis air terjun, kotak-kotak, garis-garis palang, dan kasuri panah semuanya diperkenalkan serta romantisme yang lebih liris, yang tercermin dalam sastra dan seni hingga akhir zaman.
Kimono masa kini dirancang untuk dikenakan sebagai pakaian modis dan bukan sebagai pakaian seremonial dan dapat dibeli di toko-toko jalanan atau online. Faktanya, kimono sedang bangkit kembali di kalangan generasi muda, dengan semakin banyak desainer muda yang menawarkan gaya kontemporer dengan pola dan desain klasik. Akibatnya, jumlah toko persewaan kimono bermunculan di seluruh negeri. Selain meningkatnya minat terhadap kimono, kimono juga digunakan sebagai cara masyarakat mengenal budaya Jepang dan sejarahnya.
Kimono untuk wanita musim panas pantai menutupi kardigan tipis bunga sifon menutupi blus atasan kasual longgar
FITUR: Kimono untuk wanita dengan motif bunga bohemia, pola tropis, lengan kelelawar, potongan kasual longgar, ujung tidak beraturan mengalir, gaya boho, cukup panjang untuk menutupi pinggul.
VERSATILE: Ideal sebagai kemeja kerja hawaiian, jaket kimono, baju renang pantai / pakaian renang / bikini / baju renang kimono, kardigan wanita untuk malam musim panas yang sejuk, selendang sifon tipis, dll.
KESEMPATAN: Cardigan musim panas untuk wanita cocok untuk sehari-hari, bekerja, pesta makan malam, kencan, pernikahan, gereja, liburan, tepi laut, kolam renang, taman air, dll.
COCOK: Cocokkan dengan rompi tanpa lengan, kaos, jeans, dan celana. Mudah untuk didandani atau diturunkan di Musim Semi, Musim Panas, Musim Gugur, dan Musim Dingin.